Tujuh Temanku yang Beruntung

BEM FIS UM


Setelah 7 bulan luliah di UM, dan mengenal teman-temanku seoffering, offering A, Prodi Pend. Sejarah, aku mulai bisa mengenali kepribadian teman-temanku.

Semakin banyak informasi yang kuperoleh tentang mereka, teman-temanku, maka semakin mudah bagiku untuk mempengaruhi mereka dan menempatkan diriku sebaik mungkin.

Dalam birokrasi kampus, ada 7 anak yang beruntung menjadi pengutus ormawa. Dari ketujuh orang tersebut, lima diantaranya ada di BEM FIS, dan dua lainnya di HMJ Sejarah. Kedua ormawa tersebut dikuasai oleh bendera Merah. Dengan demikian, hanya ada dua kemungkinan bagi mereka, yakni benar-benar netral atau ikut bergabung ke bendera tersebut..
Lima orang yang menjadi Pengurus BEM FIS 2017 adalah El, Ghofur, Rizka, Puput, Rania, dan Ainun. El adalah anak yang grapyak, namun secara keagamaan dia sangat lemah, sering meninggalkan shalat; dia sangat dekat dengan pejabat, sehingga besar kemungkinan dia sudah masuk ke Merah. Ghofur anak Madura, kabarnya dia pernah jadi Ketua OSIS, dia Merah. Rizka anak yang baik, rajin shalat, asli anak Malang; aku sangat dekat dengannya, karena dia juga anak Bidikmisi; dia netral. Puput juga asli anak Malang, tapi masih sulit kucari info tentangnya; saat ini dugaanku dia masih netral juga. Rania berasal dari Bima NTT; dia sangat aktif di kampus; mungkin dia sudah Merah. Kemudian Ainun, dia anak Kaltara; aku juga dekat dengannya; dia netral. Dengan demikian, yang ikut BEM FIS hanya Rizka dan Ainun yang masih netral dan bisa kudekati untuk kumanfaatkan informasi-informasi mereka. Untuk El dan Ghofur, mereka sudah jelas anak Merah, maka aku harus waspada agar tidak ketahuan privasiku.

Kemudian untuk dua anak yang di HMJ Sejarah, Candra dan Affan, mereka beda. Candra bisa dipastikan sudah merah, karena beberapa kali aku mengetahuinya dengan komunitas itu. Tentang Affan, dia masih netral, aku dekat dengan dia. 

Dari semua hal di atas, ada Tiga anak yang sudah pasti harus kupantau dan kuwaspadai gerakannya, yaitu El, Ghofur, dan Candra. Jangan sampai mereka menguasai opini kelas sehingga masuk sebagai pendukung Merah. Namun, aku juga harus hati-hati, agar tidak terdepat dari persahabatan dengan mereka.

Ini semua hanyalah sandiwara, belajar memperluas wawasan tentang dunia politik. Tidak perlu dicemaskan, apa lagi sampai dimasukkan ke dalam hati. Cukup ditaruh tangan, atau maksimal dimasukkan otak saja. Tujuan hidupmu tetap satu, dan aku harus tetap sadar akan hal itu, yaitu dekat dengan Allah, cinta kepada-Nya, dan bertemu dengan-Nya dalam keadaan suci.

Dengan demikian —semua hal tentang Hijau, Kuning, Merah, Hitam, Biru, Putih, dan semua warna apapun di kampus— sangat tidak penting, kecuali ada yang bernilai ibadah. Semoga sukses. Selamat belajar, berjuang, bertaqwa. Salam pergerakan!!

Comments

Popular posts from this blog

Anime Sub Indonesia Semakin Berkembang Pesat Tiap Tahun

Korupsi dengan Berbagai Wajahnya

Ngopi Bersama Teman yang Pelit