Kesempitan Cara Berfikir tentang Kebenaran
"(1) Kau tidak boleh berbeda pendapat denganku. (2) Kau harus menyetujui pendapatku karena pendapatkulah yang benar. (3) Jika kau berpendapat beda dari pendapatku maka pendapatmu itu pasti salah. (4) Pendapatku mutlak kebenarannya."
Empat kalimat di atas adalah yang
selama ini mengurung kita dalam sangkar kesempitan-kesempitan cera berfikir.
Sehingga kita terpaksa mengikuti sesuatu yang sebenarnya kita tidak setuju akan
hal tersebut. Lalu kita dipaksa-paksa untuk menikmatinya.
Padahal pernahkah Tuhan mewajibkan
semua manusia untuk selalu sependapat dan mengharamkan setiap perbedaan?
Silahkan engkau ingat-ingat lagi. Pernahkan Tuhan menyuruh hal semacam itu?
Jika Tuhan saja memaklumi bahkan
membenarkan adanya perbedaan-perbedaan, kenapa ada manusia yang
berani-beraninya membenci bahkan melarang perbedaan? Apa maksudnya?
***
Kira-kira jika aku berpendapat bahwa
Es Marimas rasa Jeruk lebih enak dari pada rasa Mangga, mungkinkah itu pasti
sebuah kebenaran? Apakah orang lain pasti setuju dengan pendapatku itu? Tentu
saja jawabannya 'tidak'. Karena sesuatu yang menurut pendapatku adalah
kebenaran belum tentu menurut orang lain juga benar.
Hal ini bisa terjadi pada masalah
apa pun, entah itu dalam hal agama, politik, pemerintahan, budaya, pendidikan,
maupun yang lainnya. Itulah yang biasa orang jawa sebut : bener karepe dewe,
benar menurut diri sendiri, dan benar bagi diri sendiri.
Namun jika kebenaran itu dibenarkan
oleh orang banyak maka akan berubeh menjadi : bener karepe wong akeh, benar
menurut orang banyak, dan benar bagi kebanyakan orang / suatu golongan. Misalnya,
bagi orang NU, sholat Shubuh harus membaca do'a Qunut, Sholat tarawih harus 20
rokaat, ada tadisi tahlilan, Yasinan, Berjanjen-diba'iyah, Manakib, dsb. Namun
di lain pihak ada yang tidak setuju dengan itu semua.
Itulah yang namanya bener karepe
wong akeh, benar menurut orang banyak, dan benar bagi kebanyakan orang / suatu
golongan yang belum tentu benar dan sama bagi golongan lainnya. Suatu
pendapat yang belum tentu banar samuanya dan belum tentu salah semuanya. Dan
tidak perlu diperdebatkan. Apa lagi sampai menghancurkan, dan mengancam satu
sama lain.
Sedangkan sesuatu yang mutlak
kebenarannya adalah Al-Qur'an dan Al-Hadis, yang berasal dari Allah dan
Rosulullah. Namun jika terjadi penafsiran-penafsiran dalam mengalmalkan dan
mendalami Al-Qur'an dan Hadis maka itu sudah bukan kebenaran sejati
lagi. Karena dari satu Al-Qur'an tidak hanya bisa melahirkan satu atau dua
penafsiran saja namun bisa ratusan bahkan ribuan tafsir-tafsir yang berbeda
satu dengan yang lain.
Misalnya, dalam menafsirkan ayat
"Yasin" ada yang menafsirkan bahwa Yasin adalah salah satu nama dari
Rosulullah, di lain pihak ada yang menafsirkan bahwa ayat tersebut adalah ayat
mutasyabihat yang hanya Allah sajalah yang tahu maknanya. Kemudian dari kedua
penafsiran tersebut mana yang benar-benar benar dan mana yang salah? Siapa yang
tahu? Bagaimana cara mencari kebenaran dari perbedaan-perbedaan setiap
penafsira Al-Qur'an yang maha luas itu?
Contoh selanjutnya adalah penafsiran
hadis-hadis. Dalam hadis yang sama bisa memperolah dua bahkan puluhan
penafsiran yang berbeda satu sama lain. Hadis A menurut NU berarti begini,
namun menurut Muhammadiyah sudah beda lagi, nanti menurut ISIS juga ndak sama
pula, FPI, HTI, MTA,dan masih banyak lagi. Berbeda cara pandang, suasana
pandang, waktu pandang, sudut pandang, dan jarak pandang maka berbeda pula penafsirannya.
Lalu mana yang benar-benar benar.?
Cara menjawabnya adalah misalnya, jika si Dodo bilang bahwa ayam berkokok
suaranya Cukurukuk, si Kalla bilang Kukuruyuk, si Redo bilang Kongkorongkong.
Maka apa yang benar? Sekali lagi apa yang benar? (Bukan siapa yang benar?).
Maka apa saja yang membuatmu lebih
dekat dengan yang menciptakan ayam dan menjadikanmu lebih mencintai Pencipta
Ayam, itu adalah kebenaran. Terserah kau bilang Cukurukuk, atau Kukuruyuk, atau
Kongkorongkong, yang penting ayamnya ayam beneran. Yang peting Al-Qur'annya
asli. Yang penting dari penafsiramu bisa membuatmu lebih dekat, lebih bertaqwa,
dan menambah imanmu kepada Allah.
***
Sebelum malakukan apa pun walau pun
itu hal yang benar jangan terburu-buru untuk melakukannya. Karena sesuatu yang
benar belum tentu baik. Lakukan yang benar namun juga merupakan kebaikan, yang
bermanfaat baik bagi dirimu dan bagi orang lain pula. Jika ada orang buta maka
jangan kau panggil si Buta, walau pun itu sebuah kebenaran. Alangkah baiknya
kebenaran itu tidak kau ungkapkan, toh semua orang juga sudah tahu kalau dia
buta.
Jika kita belajar dari Sholat, kita
sholat itu harus memenuhi Syarat-Rukun sholat apa tidak? Iya, wajib. Karena
Sholat yang benar adalah yang memenuhi Syarat dan Rukunnya Sholat. Lalu setelah
syarat-rukun sholat terpenuhi, apakah kita boleh sholat dimana saja, dan
memakai apa saja? Boleh dan sah-sah saja, tapi alangkah baiknya jika kita
sholat di tempat sholat (Masjid, Mushola, tempat yang suci yang baik da pantas
untuk sholat), dan memakai pakaian yang baik dan sopan sesuai dengan situasi
dan kondisi kita masing-masing.
Lalu khusyu' itu sebuah kewajiban
dalam sholat apa bukan? Khusyu' itu termasuk syarat-rukun sholat apa bukan?
Bukan. Sholat tidak wajib khusyu', karena khusyu' bukan syarat-rukunnya sholat.
Khusyu' adalah suasana di dalam hati. Khusyu' adalah rasa. Khusyu' adalah
kemesraan kepada Tuhan. Khusyu' adalah suatu ke indahan dalam sholat, bukan
kewajiban.
Alangkah indahnya jika kita sholat
dengan hati yang tenang, menikmati suasana berduaan kita kepada Tuhan. Alangkah
indahnya jika kita sholat benar-benar menghadap kepada Tuhan baik secara
jasmani maupun rohani. Sholat yang tidak khusyu' bagaikan anak yang minta uang
kepada Ayahnya namun dengan wajah membelakangi dan memikirkan hal lain selain
Ayahnya. Bahkan dia tak sadar kalau dia sedang minta uang karena saking
ling-lungnya.
Setiap orang pasti memiliki tingkat
kehusyukan yang berbeda beda tergantung seberapa dekatkah, seberapa
harmoniskah, seberapa cintakah, dan seberapa sering ngobrol atau curhatkah dia
kepada Tuhan. Semakin sering dia bertemu (secara situasi kenyamanan dan
ketentraman jiwa berduaan dengan Tuhan) dan ngobrol bercanda dengan Tuhan maka
kemungkinan semakin tinggi tingkat kekhusyukannya dalam sholat.
***
Maksud saya membahas Es Marimas,
Yasin, suara ayam berkokok, dan kebenaran, kebaikan, keindahan dalam sholat
adalah agar engkau tidak lagi terkurung oleh kesempitan cara berfikir yang
datang dari luar dirimu. Misalnya cara berfikir: Kau tidak boleh berbeda pendapat
denganku. Kau harus menyetujui pendapatku karena pendapatkulah yang
benar. Jika kau berpendapat beda dari pendapatku maka pendapatmu itu pasti
salah. Pendapatku mutlak kebenarannya. Golongankulah yang paling masuk surga dan
paling diridloi-Nya. Pendapat lain adalah kesesatan yang pasti membuat masuk
neraka.
Jadi jika ada pendapat yang menurutmu benar, pasti belum tentu benar menurut orang lain. Dan jangan memaksa orang lain untuk sependapat denganmu. Lakukan apa saja yang menurutmu benar, asalkan itu berupa kebaikan yang tidak membuatmu jauh dari rahmat Tuhan dan tidak menimbulakan Tuhan murka kepadamu. Kerjakan kebenaran dengan cara yang baik dan penuh keindahan agar hidupmu penuh kenyamanan, ketentraman, dan kedamaia. []