Memandang Aktifis BEM

Tepat jam 9 pagi, Shardi dan Suko memulai rutinitasnya dengan penuh kenikmatan, Ngopi. Mereka berdua ialah anak desa yang terperangkap oleh kehidupan kampus karena mendapat beasiswa dari pemerintah. Mereka dianggap anak cerdas dan pandai. 

"Ko, lihatlah para mahasiswa itu," kata Shardi (sambil menunjuk gerombolan mahasiswa yang sedang asyik bersendagurau di sebuah meja) "kau tahu siapa mereka?" lanjutnya.

"Yang kutahu, mereka adalah para aktifis kampus, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa. Ada apa, Di?" jawab Suko, "apa kau ada masalah dengan mereka?"

Shardi menyeruput kopinya dengan perlahan dan sambil dinikmati sedemikian rupa. Mereka sedang duduk di bawah pohon, di depan warung kopi, beralaskan tikar yang telah tersedia.

"Aku tidak punya masalah dengan mereka, Ko," terang Shardi, "Aku hanya heran, kenapa dulu pada tahun 1998 mereka bersikeras demo besar-besaran, dan sekarang tidak? Padahal kehancuran dan kebrobrokan birokrasi pemerintahan saat ini jauh lebih buruk dari pada waktu itu". 

"Ah, jangan ngarang kamu, bagaimana mungkin bahwa pemerintahan saat ini lebih buruk dari jaman Pak Harto, lha wong semua orang santai-santai saja tanpa ada yang merasa didholimi kog", Suko mengelak.

"Santai-santai saja bukan berarti ia tidak didholimi, karena kehebatan manusia Indonesia, ya, memang seperti itu, tetap bisa ketawa walau dianiaya oleh pejabat negaranya"

"Ah, udahlah. Biar para aktifis itu yang memikirkan kepentingan rakyat. Pikiranku sudah habis untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang begitu banyaknya".

"Hadech... Dasar kau, Ko. Semoga hasil kuliahmu selama ini bisa berguna ditengah-tengah masyarakat".

Percakapan Shardi dan Suko kemudian berganti membahas tentang dosen dan keuniknnya. Di kampus tempat mereka kuliah ada berbagai macam tipe dosen yang unik, diantaranya: dosen yang tidak pernah ngasih tugas karena malas mengoreksi; dosen yang selalu telat dengan alasan sibuk sebagai wakil rektor; masuk kelas langsung nyuruh mahasiswa untuk presentasi; dan ada pula dosen yang rajin, tertib, dan sangat menguasai materi kuliah serta pandai mengajarkannya.

Lantas Shardi bergumam, sambil memadang aktifis BEM itu, semoga mahasiswa bisa benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Dan semoga mahasiswa yang sudah terkurung oleh pikirannya sendiri, disorientasi, dan disidentifikasi bisa membuka penjaranya sendiri, karena bangsa ini sangat krisis keadilan dan kemakmuran.[]

Comments

Popular posts from this blog

Anime Sub Indonesia Semakin Berkembang Pesat Tiap Tahun

Korupsi dengan Berbagai Wajahnya

PAC IPNU - IPPNU Ngronggot selalu menjadi PAC terbaik di Kab. Nganjuk