Rekommitmen Syarif

Kommitment


Lantas apa yang membedakanmu dengan mahasiswa lainnya? Katanya kau itu santri, alumni em-tri, dan kau juga jm. Apa kau tidak malu dengan guru-gurumu? Apa kau tidak malu kepada Tuhan dan Muhammadmu? Apa kau tidak malu kepada dirimu sendiri? Demikian rentetan pertanyaan yang muncul pada angan-angan seorang Syarif.
Tadi malam, dia disindir oleh salah seorang temannya: "setiap malam hanya sholat Isya' -  tidur - sholat subuh, gitu kog minta masuk surga. Surga dari mana?". Sebuah sindiran yang luarbiasa, dan sangat memalukan (jika benar seperti itu faktanya). Dengan demikian, dia harus membuktikan bahwa yang dikatakan oleh temannya itu adalah salah. Dia harus mulai istiqomah baca Al Qur'an, Sholat Taubat, dan Witir. Kalau bisa ditambah Sholawat 1000 kali. Harus istiqomah setiap malam.


Siang tadi, Syarif juga ditanya oleh kakaknya: "Ra Senin-Kamis?". Maksudnya, "apa kamu tidak puasa Senin-Kamis? Kog siang gini masih ngopi." Seharusnya, sebagai anak rantau, dia harus berhemat; dan salah satu caranya ialah puasa. Selain berhemat, dia juga bisa dapat pahala dan melatih hawa nafsunya. Tak ada salahnya 'kan! Dan dia pasti kuat, pasti bisa. Semua tergantung dia 'mau' atau 'tidak'.

Sebagai saudara sehati, aku memberikan usulan kepadanya (semoga dia mau menerima usulanku dan melakukannya), yaitu: 

  1. Puasa Daudlah, karena itu sangat efektif untuk berhemat dan melatih mengendalikan nafsu; 
  2. Sholat Taubat, karena setiap hari pasti melakukan perbuatan dosa; 
  3. Sholat Witir, karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkannya; 
  4. Baca Sholawat 700 kali setiap malam, karena hidupmu tidak lain dan tidak bukan ialah atas jasa Kanjeng Nabi Muhammad; dan  
  5. Tetaplah jaga bicaramu, karena mulutmu bisa merusak dan menghancurkan apa pun yang sudah tertata rapih.


Syarif adalah anak yang baik (jika boleh memujinya). Dia berasal dari keluarga santri. Bapaknya alumni PP Al Ghozali Tegalrejo, dan Ibunya dari salah satu madrasah di Kertosono. Sejak kecil, Syarif sangat hobi mengaji di masjid. Dan setelah ia berusia 9 tahun (2005), dia masuk ke Madrasah Diniyyah Ula di Ponpes Al Ischaqiyyah Banjarsari hingga usia 20 tahun (2016). Dalam hal sekolah formal, Syarif lulusan M3, yaitu MI MHM Banjarsari, MTsN Ngronggot, dan MA Al Khidmah Ngronggot. Pengetahuan agamanya tidak lebih buruk daripada orang pada umumnya (awam).

Saat belajar di Pondok Banjarsari, dia dididik oleh tiga guru yang sangat kaya akan ilmu agama, yaitu Gus Ahmad Baidhowi Ihsan, Gus Muhammad Asfihani Ihsan, dan Gus Muhammad Baihaqi Ihsan. Beliau bertiga ialah putra dari Almarhum wal maghfurlah Abah KH. Ihsan Ischaq. 

Gus Ahmad Baidhowi Ihsan lebih banyak mengajarkan ilmu tasawuf, dan syari'at; Gus Muhammad Asfihani Ihsan mengajarkan baca Al Qur'an Rosm Ustmani dan fasholatan; Gus Muhammad Baihaqi Ihsan mengajarkan Akhlaq. Beliau adalah alumni Pondok Ploso (Gus Ahmad Baidhowi Ihsan) dan Lirboyo (Gus Muhammad Asfihani Ihsan dan Gus Muhammad Baihaqi Ihsan). 

Selain Beliau bertiga, ada dua orang lagi yang sangat memengaruhi cara bertindak dan berpikir Syarif, yaitu Zuhal M. Hasan (kakanya sendiri, kelahiran 1991) dan Emha Ainun Nadjib (budayawan asal Jombang, kelahiran 1953). Zuhal menata niat dan pemberi motivasi agar bisa menjadi diri sendiri yang berbudi pekerti luhur; sedangkan Cak Nun mengajarkan cara berdialektika kepada Allah dan Rosulullah, berusaha menghadirkan-Nya dalam setiap urusan, memahami sebab-akibat dalam setiap fenomena agar bisa memecahkan masalahnya, dan menganggap segala apapun adalah rahmat dari Allah SWT. 

Semoga dia membaca tulisan ini. Kemudian sadar, siapa dirinya yang sebenarnya. Agar harga diri dan kehormatannya tidak lagi diinjak-injak oleh mereka.[]



Comments

Popular posts from this blog

Anime Sub Indonesia Semakin Berkembang Pesat Tiap Tahun

Korupsi dengan Berbagai Wajahnya

PAC IPNU - IPPNU Ngronggot selalu menjadi PAC terbaik di Kab. Nganjuk